Perhutani dan Pemkab Trenggalek Menjahit Mimpi Wisata Terpadu

Oleh: Redaksi |
Pertemuan Bupati Trenggalek bersama Perhutani Kediri
NGAURIS.COM, TRENGGALEK,- Sebuah pertemuan cukup serius tapi bersuasana adem digelar di Pringgitan Pendopo Kabupaten Trenggalek. Yang hadir? Tentu bukan sekadar tamu sembarangan. Ada Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, Wakil Administratur Kediri Selatan Hermawan yang mewakili Perum Perhutani KPH Kediri, dan juga seorang entrepreneur wisata dan properti bernama Septian, yang tak lain adalah putra daerah Trenggalek sendiri. Komposisi yang menarik, kan? Pemerintah, pengelola hutan, dan pelaku wisata duduk satu meja. Ini bukan cerita mistis di tengah hutan, tapi langkah konkret menyusun rencana pengembangan kawasan terintegrasi sektor kehutanan dan wisata di Kabupaten Trenggalek.

Dalam suasana yang mungkin lebih cair ketimbang kopi tubruk tanpa gula, Bupati Nur Arifin menyampaikan rasa terima kasih kepada Perhutani KPH Kediri atas kontribusinya dalam pengembangan wisata alam, terutama pantai. Dengan semangat seperti sedang mengajak gotong-royong membangun masa depan, beliau menyebut bahwa 70% wilayah Trenggalek yang berupa kawasan hutan akan dioptimalkan, tentu bukan dengan dibabat, tapi dikelola bijak bersama.
“Titik Spot tersebut mulai Pantai Genjor, Prigi, Munjungan, Panggul dan wisata alam serta Forest City akan dipadu serasi dengan dukungan Pemerintah Daerah mulai tingkat Desa sampai Dinas terkait,” ujarnya.
Padu serasi, seolah wisata dan kehutanan sedang dilamar untuk jadi pasangan serasi. Tapi memang begitulah harapannya: wisata jalan, hutan tetap lestari, masyarakat pun ikut sejahtera.
“Kita juga butuh dukungan semua pihak dalam implementasinya, karena dengan bersama, kita bisa membangun Kabupaten Trenggalek yang lebih baik, nyaman dan masyarakat di pinggiran hutan sejahtera,” ungkap Bupati Arifin.
Saling gandeng tangan jadi semacam filosofi dasar. Tentu, kerja besar tidak bisa ditanggung satu pundak. Maka Perhutani pun menyambut hangat ajakan ini. Hermawan, yang mewakili Kepala Perhutani KPH Kediri, mengamini niat baik tersebut.

Sebagai orang lapangan yang sudah akrab dengan peta kontur dan akar pohon, Hermawan sadar betul bahwa hutan bukan sekadar koleksi batang dan daun, tapi juga urusan sosial-ekonomi yang kompleks.
“Dalam pengelolaan hutan di wilayah Trenggalek, dalam perkembangan dan dinamika sosial yang sangat cepat dan dinamis, kami tidak bisa bekerja sendirian, kami butuh sinergi, peran serta dan kerjasama semua pihak yakni Pemerintah Daerah. Dengan komunikasi dan kolaborasi dengan instansi dan stakeholders terkait, harapan dapat mensejahterakan masyarakat sekitar hutan di Kabupaten Trenggalek.” Terang Hermawan.
Ia pun menutup dengan nada bijak, seolah mengingatkan bahwa hutan bukan hanya milik masa kini, tapi warisan yang harus dijaga agar tetap hidup untuk masa depan:
“Pengelolaan hutan harus berjalan seimbang dari aspek ekologi, sosial maupun ekonomi, dalam mewujudkan harapan tersebut, diperlukan sinergi dan kerjasama dengan semua pihak, dalam mewujudkan hutan Trenggalek yang lestari, dan masyarakatnya sejahtera.” Imbuh Hermawan.
Sementara itu, Septian, sang entrepreneur yang pulang kampung bukan untuk liburan tapi untuk kontribusi, mengutarakan niat baiknya tanpa basa-basi: Akan menyumbangkan semua pemikiran dan konsep untuk mengoptimalkan potensi yang ada, dan siap bersinergitas dengan semua jajaran terkait yang ada di Trenggalek.

Ya, semoga bukan cuma konsep yang disumbangkan, tapi juga jaringan, semangat, dan kopi tubruk tanpa gula yang tadi sempat disebut.

Karena di zaman ketika hutan bisa dilihat sebagai beban atau komoditas, pertemuan ini mengingatkan kita bahwa rimba juga bisa jadi ruang harapan, selama dikelola bersama, dengan akal sehat dan hati yang tak tergesa-gesa. (red)
Baca artikel lainnya di BERANDA NGAURIS