 |
Ilustrasi Panduan Ngaur: Pertahanan Diri Saat Berak di Celana |
Dalam perjalanan hidup, ada satu hal yang lebih tak terduga dari cinta: Kebelet berak. Iya, mules. Perutmu tiba-tiba demo, menuntut revolusi di saat kamu sedang berada di jalan raya, naik motor, nongkrong di kafe, atau mungkin dalam bus tanpa toilet. Maka, inilah panduan ngaur dari tim
ngauris.com:
1. Tenang, Bung. Ini Bukan Hari Kiamat
Hal pertama yang harus kamu lakukan: jangan panik. Ingat, ini bukan perkara menang togel, juga bukan soal ketemu cinta lama di Indomaret. Ini cuma perutmu yang goyah. Jangan sampai kamu teriak-teriak, loncat-loncat, atau ngajak ribut tiang listrik. Tahan godaan untuk ekspresif. Cukup bilang dalam hati:
“Wahai isi perutku, bersabarlah. Kita akan cari jalan keluar bersama.”2. Tutup Mulut, Bukan Tutup Usia
Godaan terbesar saat kepeseng di jalan: ngomong ke orang lain. Entah curhat ke teman, update status, atau bikin story “OMG mules parah.” Stop. Heningkan cipta. Diam itu emas, terutama saat perutmu mengancam meledak. Jangan sampai dunia tahu kamu sedang berjibaku dengan nasib. Diam itu bagian dari strategi.
3. Kamuflase Level Dewa
Kalau kamu sudah nggak kuat dan harus bertindak cepat, kamuflase adalah kunci. Ambil benda apapun yang bisa kamu jadikan topeng dari kegentingan, bisa jaket, tas, daun pisang, kutang tetangga, apapun. Tindakanmu harus terlihat seperti orang sibuk, bukan orang sekarat. Tanganmu boleh sibuk, asal jangan kelihatan kayak lagi kram peradaban. Ini tentang gengsi dan martabat.
4. Langkah Kecil Menuju Toilet
Kini saatnya mengaktifkan mode ninja. Jalanlah perlahan, jangan terlalu tegak. Sedikit membungkuk boleh, agar tumpukan nasib di celanamu tidak berpindah posisi. Jangan terburu-buru, karena nasib yang tergesa hanya mempercepat bencana. Sembari melangkah, ucapkan mantra pelan: “Ya Tuhan, semoga hamba sampai dengan selamat… ke toilet terdekat.”
Penutup
Hidup kadang tidak memberi peringatan. Tapi dengan panduan ini, setidaknya kamu bisa tetap elegan meski sedang di ambang kehancuran. Karena sejatinya, keagungan manusia bukan di saat ia gagah berdiri, tapi di saat ia tidak kehilangan akal saat kebelet berak melanda.