![]() |
Ilustrasi: Kamu Nggak Gagal, Cuma Nggak Viral |
Tapi hari ini, keberhasilan tampaknya harus terukur. Bukan dengan perasaan puas, melainkan dengan angka. Jumlah tayangan. Banyaknya komentar. Viral atau tidak. “Wah, bagus banget!” katanya, setelah mengecek berapa kali karya itu dibagikan di media sosial.
Kamu mungkin sudah sering mengalami ini: Menulis puisi pakai hati. Kata-katanya dipilin, diolah, sampai nyaris beraroma metafora. Kamu unggah di media sosial, lalu diam-diam berharap ada yang membaca dan bilang, “Ini dalam banget.” Tapi yang muncul justru: satu suka, dua reaksi “keren”, dan satu komentar spam dari akun investasi bodong.
Lalu, temanmu yang lain membuat video lipsync berdurasi 30 detik. Judulnya typo, isi videonya joget-joget pakai filter anjing menjulurkan lidah. Satu hari kemudian masuk FYP, disorot akun hiburan, ditawari endorse vitamin rambut.
Apakah berarti kamu gagal? Tidak. Kamu hanya tidak viral. Dan percayalah, itu bukan hal yang memalukan. Sama seperti tidak masuk TV, tidak selalu berarti hidupmu kurang layak tonton.
Masalahnya, kita hidup di zaman yang mengira ramai itu penting. Bahwa yang dilihat banyak orang pasti lebih hebat, lebih layak, lebih keren. Padahal belum tentu.
Ketenaran itu lucu. Kadang datang ke yang iseng, pergi dari yang serius. Algoritma tidak selalu adil. Dan ya, algoritma tidak pernah membaca puisi.
Maka dari itu, ukur keberhasilanmu dengan ukuranmu sendiri. Kalau kamu puas, berarti sudah cukup. Kalau karyamu menyentuh satu orang dan bikin dia merasa lebih baik, itu sudah berhasil. Kalau kamu konsisten menulis, meski tidak ada yang memberi komentar selain ibumu, itu juga keberhasilan.
Karena keberhasilan yang sesungguhnya bukan soal viral atau tidak. Tapi soal kamu tetap mencoba, meskipun dunia sibuk memberi tepuk tangan ke arah lain.
Jadi, jangan buru-buru merasa gagal. Mungkin kamu cuma belum viral. Atau mungkin, memang tidak perlu viral. Karena tidak semua hal baik harus menjadi tontonan. Beberapa cukup menjadi pegangan. Untuk diri sendiri, untuk satu-dua orang yang benar-benar mengerti.
Dan hei, paling tidak, kamu belum pernah lipsync pakai filter anjing. Itu pun prestasi.