![]() |
Stoikisme: Filsafat Anti Baper di Tengah Dunia yang Penuh Trigger |
Di tengah dunia yang penuh dengan “trigger, mulai dari drama media sosial, komentar pedas, sampai berita yang bikin stres, filsafat Stoikisme bisa jadi jawaban yang bikin adem. Kenapa? Karena Stoikisme ngajarin kita untuk tetap tenang dan nggak kebawa emosi, meskipun dunia kayak gitu. Bayangin aja, di zaman sekarang yang serba sensitif dan baper, Stoikisme justru menawarkan kedamaian batin yang bebas dari “drama” luar.
Pada dasarnya, Stoikisme itu bukan tentang jadi batu yang beku, tapi lebih kepada mengatur reaksi kita terhadap hal-hal yang nggak bisa kita kontrol. Filsafat ini berasal dari Yunani kuno dan diajarkan oleh tokoh-tokoh seperti Epictetus, Seneca, dan tentu saja, Marcus Aurelius. Intinya, mereka bilang, kita nggak bisa kontrol apa yang terjadi di luar diri kita, tapi kita bisa kontrol gimana kita meresponnya.
Contoh gampangnya, misalnya ada komentar pedas di media sosial atau teman yang ngomong gak enak. Daripada langsung baper dan melawan balik dengan emosi, Stoikisme ngajarin kita untuk berhenti sejenak dan mikir: Apakah ini sesuatu yang bisa kita kontrol? Kalau jawabannya nggak, kenapa kita harus repot-repot ngurusin?
Stoikisme juga mengajarkan konsep amor fati, yaitu mencintai takdir kita apa adanya. Jadi, ketimbang mengeluh atau merasa marah dengan kejadian buruk, kita diajarin untuk menerima itu sebagai bagian dari perjalanan hidup. Menurut Stoik, segala hal yang kita alami, baik atau buruk, sebenarnya adalah kesempatan untuk berkembang.
Misalnya, ketimbang baper karena gagal ujian atau diputusin pacar, kenapa nggak lihat itu sebagai bahan pelajaran? Dengan cara ini, kita bisa lebih fokus untuk mengontrol diri, bukannya ngurung diri dalam rasa kecewa yang nggak ada habisnya. Bahkan, bisa dibilang, Stoikisme itu adalah filsafat yang ngajarin kita untuk “nggak baperan”, alias lebih santai dalam menghadapi segala hal yang datang.
Memang, hidup di dunia yang penuh tekanan ini nggak mudah. Tapi, Stoikisme ngajarin kita untuk jadi lebih bijak dalam menanggapi segala masalah. Dengan menerima kenyataan dan nggak terlalu terikat dengan hasil, kita bisa lebih menikmati hidup tanpa terlalu terbawa emosi. Stoikisme nggak mengajak kita untuk jadi manusia yang nggak punya perasaan, tapi mengajak kita untuk jadi manusia yang punya kontrol terhadap perasaan itu sendiri.
Di akhir hari, Stoikisme adalah tentang kebebasan. Kebebasan untuk memilih bagaimana kita bereaksi terhadap dunia yang kadang nggak adil, kebebasan untuk tetap tenang meskipun banyak hal yang bisa bikin kita baper. Jadi, daripada terus-terusan ngeluh atau nyalahin dunia, kenapa nggak coba jadi Stoik aja? Siapa tahu, kita bisa lebih santai dan nggak gampang tertrigger lagi.