![]() |
Bukan ilustrasi Tuhan |
Sebelum ada cahaya, sebelum ada kegelapan, sebelum ada kata “sebelum” itu sendiri, pernahkah kamu bertanya: Tuhan ngapain, ya?
Pertanyaan ini bukan cuma iseng pas bengong di kamar kos sambil denger hujan. Ini pertanyaan serius. Seperti tugas akhir, tapi lebih absurd. Karena kita sedang mencoba menyeberangi jurang logika: membayangkan “aktivitas” dalam “ketiadaan waktu.”
Tapi kalau menurut para filsuf dan teolog, ‘waktu’ itu bukan sesuatu yang berdiri di luar ciptaan. Waktu itu bagian dari ciptaan itu sendiri. Artinya, sebelum Tuhan mencipta, ya belum ada waktu. Dan kalau belum ada waktu, pertanyaan “sebelum” jadi kayak nanya: “Rasa apa yang dimiliki oleh warna merah?” Salah logika, tapi enak buat dipikirin.
Mungkin Tuhan bikin draft alam semesta di Google Docs kosmis, terus ngedit berkali-kali karena belum yakin: “Ini ciptaan bakal ngerti maksudku nggak ya?”
Atau malah Tuhan diem aja. Karena kesempurnaan sejati itu nggak butuh aktivitas. Kesempurnaan itu bukan soal ngapain, tapi soal ada. Tuhan nggak ngapa-ngapain karena segalanya sudah cukup. Tapi karena cinta, karena keinginan untuk berbagi keindahan (dan kekacauan), maka semesta pun “boom!”, ada.
Lalu jadilah kita: spesies yang bisa bikin teknologi canggih, tapi masih suka nyalahin Mercury retrograde buat hidup yang berantakan.
Mungkin itulah kenapa pertanyaan ini muncul: karena kita haus makna, tapi juga doyan humor. Karena di balik segala usaha memahami Tuhan, kita cuma pengen ngerti: kenapa hidup ini kayak gini, dan bukan kayak yang kita rencanain.
Dan itulah keindahan penciptaan: kita bebas mikir, bebas bingung, bebas nanya pertanyaan tak masuk akal, karena dari sanalah hidup kita terasa hidup.
Pertanyaan ini bukan cuma iseng pas bengong di kamar kos sambil denger hujan. Ini pertanyaan serius. Seperti tugas akhir, tapi lebih absurd. Karena kita sedang mencoba menyeberangi jurang logika: membayangkan “aktivitas” dalam “ketiadaan waktu.”
Masalahnya: “Sebelum” Itu Milik Kita, Bukan Milik Tuhan
Kita ini makhluk waktu. Bangun pagi, ngaret, nunggu gajian, mikir masa depan, nostalgia mantan, semuanya dibungkus dalam waktu. Maka, wajar kalau kita tanya, “Sebelum menciptakan semesta, Tuhan ngapain aja?”Tapi kalau menurut para filsuf dan teolog, ‘waktu’ itu bukan sesuatu yang berdiri di luar ciptaan. Waktu itu bagian dari ciptaan itu sendiri. Artinya, sebelum Tuhan mencipta, ya belum ada waktu. Dan kalau belum ada waktu, pertanyaan “sebelum” jadi kayak nanya: “Rasa apa yang dimiliki oleh warna merah?” Salah logika, tapi enak buat dipikirin.
Tuhan Rebahan Metafisis?
Tapi oke lah, mari kita tetap main-main di ruang absurd ini. Kalau kita bayangin Tuhan dalam bentuk narasi manusia, mungkin Tuhan sebelum mencipta itu kayak penulis yang lagi stuck nulis novel. Duduk di kursi takdir, ngeteh sendirian di ruang tak-berdimensi, nimbang-nimbang: “Hmm… mau bikin makhluk yang bisa mikir tapi suka nyusahin diri sendiri nggak, ya?”Mungkin Tuhan bikin draft alam semesta di Google Docs kosmis, terus ngedit berkali-kali karena belum yakin: “Ini ciptaan bakal ngerti maksudku nggak ya?”
Atau malah Tuhan diem aja. Karena kesempurnaan sejati itu nggak butuh aktivitas. Kesempurnaan itu bukan soal ngapain, tapi soal ada. Tuhan nggak ngapa-ngapain karena segalanya sudah cukup. Tapi karena cinta, karena keinginan untuk berbagi keindahan (dan kekacauan), maka semesta pun “boom!”, ada.
Teori Absurd: Tuhan Lagi Gabut?
Kalau kita pakai logika meme, mungkin Tuhan mencipta semesta karena gabut eksistensial. Tapi bukan gabut kayak manusia yang akhirnya nonton TikTok 4 jam tanpa sadar. Ini gabut versi Ilahi: “Hmm, kekosongan ini terlalu hening. Mari kita tambahkan makhluk bernama manusia, biar rame, biar mikir, biar curhat ke langit.”Lalu jadilah kita: spesies yang bisa bikin teknologi canggih, tapi masih suka nyalahin Mercury retrograde buat hidup yang berantakan.
Refleksi Nyeleneh Tapi Dalam
Kalau kamu mikir Tuhan ngapain sebelum mencipta, mungkin sebenarnya kamu lagi mikir tentang dirimu sendiri: “Aku ini dari mana? Tujuanku apa? Apa aku bagian dari lelucon kosmik yang terlalu serius?”Mungkin itulah kenapa pertanyaan ini muncul: karena kita haus makna, tapi juga doyan humor. Karena di balik segala usaha memahami Tuhan, kita cuma pengen ngerti: kenapa hidup ini kayak gini, dan bukan kayak yang kita rencanain.
Mungkin Tuhan Ketawa
Kalau pertanyaan ini sampai ke Tuhan, mungkin Ia akan senyum kecil dan bilang, “Kamu mikir aku ngapain? Lah kamu sendiri aja bingung mau ngapain tiap Senin pagi.”Dan itulah keindahan penciptaan: kita bebas mikir, bebas bingung, bebas nanya pertanyaan tak masuk akal, karena dari sanalah hidup kita terasa hidup.