Revolusi Bisa Dimulai dari Gosok Gigi

Oleh: Redaksi |
Ilustrasi - Revolusi Bisa Dimulai dari Gosok Gigi
Ada hal-hal kecil dalam hidup yang efeknya besar. Contohnya: gosok gigi. Kelihatannya sepele, cuma sikat, pasta, dan gerakan memutar, tapi dampaknya bisa menyelamatkan reputasi, masa depan, bahkan hubungan percintaan. Karena satu yang pasti: tidak ada argumen filsafat yang bisa membela gigi kuning berkerak saat sedang ngomong serius sama orang lain. 

Bayangkan seseorang bicara penuh semangat tentang perubahan dunia, tapi giginya kayak tembok berlumut yang lupa dicat ulang. Lawan bicaranya tidak lagi mendengar isi kalimat, tapi sibuk membatin: “Itu keraknya tumbuh sejak zaman Orde Baru, ya?”

Gigi adalah Etalase Mulut

Dalam dunia modern, gigi itu semacam CV. Sebelum kalimat keluar dari mulut, gigi udah lebih dulu kasih impresi. Mau ngomong pintar, bijak, bahkan ngajak debat ideologi, kalau gigi penuh kerak, suara hati lawan bicara biasanya: “Tolong diam.”

Orang boleh nggak punya ijazah, tapi kalau giginya bersih, minimal dianggap beradab. Karena bau mulut itu bukan cuma persoalan medis, tapi juga soal etika. Itu bentuk paling nyata dari rasa hormat: menjaga agar yang mencium aroma kita tidak langsung mempertanyakan makna hidup.

Dzikir Harian yang Terlupakan

Gosok gigi bukan sekadar aktivitas fisik, tapi bagian dari ibadah sosial. Bayangkan, setiap hari bertemu orang: tukang sayur, pacar, dosen, bos, hingga calo parkir. Semua mereka adalah korban potensial dari keputusan malas sikat gigi pagi hari. Maka gosok gigi adalah bentuk belas kasih: “Aku peduli padamu, makanya aku tidak menebar aroma jahat dari rongga mulutku.”

Dan mari kita jujur, gigi kuning bukan soal genetik. Itu soal konsistensi. Kalau bisa seminggu sekali nyikat motor biar kinclong, masa nyikat gigi sehari dua kali saja malas? Apa motor lebih penting dari gigi? Mana ada yang ngajak motor ngobrol? 

Mulutmu Cerminan Peradaban, Bukan Tempat Penampungan Sarapan Lama

Gigi bersih bukan tanda kemewahan. Ia simbol peradaban. Karena manusia yang tidak bisa menjaga kebersihan mulut, biasanya juga sulit dipercaya omongannya. Mulutmu harimaumu, kata pepatah. Tapi kalau isinya kerak dan bau, yang keluar bukan harimau, tapi horor.

Jadi, mari mulai revolusi dari kamar mandi. Gosoklah gigi seperti sedang menulis puisi untuk kemanusiaan. Karena siapa tahu, dari gigi yang bersih lahir percakapan yang jernih. Dan dari mulut yang wangi, lahir masa depan yang tidak berkerak.
Baca artikel lainnya di BERANDA NGAURIS