Refleksi Harkitnas: Mencari Bentuk Kebangsaan di Tengah Kutukan Setiap Zaman

Oleh: Redaksi |


Penulis: Dhidik Danardono









Refleksi Harkitnas: Mencari Bentuk Kebangsaan di Tengah Kutukan Setiap Zaman
Kepribadian dan karakter sebagai sesuatu yang kita sepakati dan kita yakini sebagai nilai-nilai bersama sebagai sebuah bangsa, tidak serta merta turun sebagai sebuah petunjuk teknis untuk berfikir, bersikap dan berperilaku. Melainkan melalui serangkaian dialektika panjang setua peradaban itu sendiri.

Kepribadian bangsa, tuan dan puan sekalian. Konon senantiasa terancam pencemaran dari anasir-anasir dari luar bangsa kita, timur oleh yang barat, pribumi oleh yang datang kemudian, kanan oleh yang kiri dan yang lain-lain yang saling menegasikan.

Orde lama mengkhawatirkan terkikisnya kepribadian bangsa yang revolusioner lewat musik ngak ngik ngok dan flower power, orde baru mewaspadai gempuran liberasi lewat MTV terhadap generasi pembangunannya, sedangkan orde reformasi dan setelahnya dipusingkan carut marut generasinya terbuai oleh gawai dalam genggaman, yang senantiasa dicemaskan menggerus identitas ala P5 yang dibayangkan kita punyai.

Setiap generasi, memikul kutukan jamannya masing-masing. Betapa pendidikan dan pembangunan karakter adalah upaya penyangkalan atas apa-apa yang dianggap bukan jati diri kita tanpa kita sadari betul siapa diri kita sebenarnya yang perlahan mulai samar-samar dari ingatan kolektif bangsa kita, yang mulai tidak lagi jelas tergambar dalam peta demografinya.

Jika kepribadian bangsa menjadi kekhawatiran dari setiap orde dan rezim itu artinya juga adalah penyangkalan terhadap tata nilai yang dibawa suatu ideologi oleh ideologi yang lainnya karena mustahil bagi kita membayangkan sebuah negara bangsa tanpa ideologi, dan seperti kita ketahui bahwasanya yang ideologis segera memiliki implikasi politis terkait dengan keberlangsungan kekuasaannya. Oleh karenanya pembangunan karakter melalui serangkaian kurikulum yang dirilis sebuah orde bisa selalu dicurigai (dengan akal sehat) akan selalu memuat agenda-agendanya sendiri.

Di satu masa kita mengidentifikasi diri sebagai yang "timur" dan membayangkan yang "timur" sebagai yang sopan, yang beradab dan adiluhung sambil melupakan bahwa yang timur juga pernah menggilas tak kalah bar-bar dengan yang dikatakan "barat" dan sebaliknya, begitu pula dengan yang lain..kanan-kiri, nas-kom, dan bahkan yang diyakini ilahiah sekalipun.

Yang selalu luput kita pertanyakan, bahwa segala sesuatu yang ideologis memiliki agenda berkuasa masing-masing yang harus terus kita waspadai melalui diskusi-diskusi dan pemikiran, melalui ruang-ruang kelas yang berintegritas. Kebangkitan bangsa sesungguhnya adalah kebangkitan yang dimulai sejak dari dalam pikiran dari segala sesuatu yang menghegemoni dan menindas.
Baca artikel lainnya di BERANDA NGAURIS