![]() |
Ilustrasi preman politik |
Mereka muncul di setiap zaman. Dulu pakai seragam, sekarang pakai jas. Dulu main otot, sekarang main framing. Mereka akan bilang “ini untuk rakyat” sambil membabat hutan, menyegel tanah adat, dan membungkam aktivis. Kalau ada kritik, langsung dibalas dengan “pelanggaran etika” atau pelaporan ke aparat. Padahal yang diserang cuma ego mereka, bukan negara.
Preman politik bukan soal partai atau ideologi. Ini soal mentalitas. Mereka memandang politik bukan sebagai ruang dialog, tapi arena dominasi. Mereka tidak mau menang argumen, mereka mau lawan bungkam. Mereka tidak peduli hukum, karena mereka pikir merekalah hukum itu sendiri.
Tanda-tandanya gampang:
- Mereka lebih sering marah daripada menjelaskan.
- Mereka lebih sibuk jaga citra daripada jaga amanat.
- Mereka anggap rakyat itu penonton, bukan pemilik suara.
Kalau kita diam, preman politik akan merasa benar. Kalau kita takut, mereka akan terus merasa besar. Padahal dalam sistem demokrasi, suara kita seharusnya lebih nyaring dari gertakan mereka. Jangan sampai negara ini dikuasai oleh mereka yang lebih pandai menakut-nakuti daripada melayani.