![]() |
Ilustrasi Ketika Negara Masuk ke Ranjang Rakyat |
Di negeri itu, rakyat dilarang tertawa keras-keras di tempat umum karena bisa dianggap meresahkan. Pakai sandal jepit ke mal? Denda. Tulis status galau? Bisa dipanggil aparat. Karena negara ini yakin: moralitas adalah urusan negara, terutama moral rakyat kecil.
Termasuk moral di atas ranjang. Ya, negara ini hobi menyusup ke balik tirai kamar orang. Siapa tidur sama siapa, bagaimana posisi cintanya, sudah sah atau belum di mata negara, semua bisa jadi urusan aparat.
Negara lebih takut dua orang dewasa saling suka tanpa surat nikah, daripada pejabat yang tidur dengan kekuasaan sambil mengemplang anggaran.
Ada yang bilang, “Negara menjaga kesucian moral rakyat.” Tapi kenapa kesucian itu cuma diperiksa di kontrakan warga, bukan di hotel bintang lima tempat oknum bertransaksi proyek?
Sementara itu, di gedung-gedung megah tempat para pejabat bekerja, yang karpetnya lebih empuk dari kasur rumah warga, moral agak beda definisinya.
Di sana, korupsi dianggap “kecelakaan prosedural”, suap disebut “tanda terima kasih”, dan nepotisme dikenal sebagai “penguatan jaringan keluarga”.
Pernah ada seorang pejabat yang ketahuan membangun vila di tanah rakyat. Saat ditanya, ia menjawab, “Saya justru menjaga moral rakyat agar tidak serakah. Coba bayangkan kalau mereka yang punya vila, pasti sombong. Saya saja yang punya, biar rendah hati.”
Negara itu juga gemar membuat razia mendadak. Razia pakaian, razia rambut, razia nongkrong. Tapi anehnya, tak pernah ada razia LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara). Alasannya simpel: “Itu bisa menyinggung perasaan.”
Setiap minggu, ada talkshow nasional bertajuk “Bangun Bangsa dari Akhlak Rakyat”. Tapi tidak ada satu pun program “Bangun Bangsa dari Integritas Pejabat”. Karena katanya, rakyat harus jadi teladan bagi pemimpinnya. Ya, dibalik! Seperti pakai celana tapi dari kepala.
Sampai akhirnya rakyat mulai heran: Kenapa negara begitu sibuk menjaga moral warga, sampai ikut-ikutan masuk ke ranjang rakyat, tapi tak sempat membersihkan kasur kekuasaan sendiri yang bau apek penuh skandal?
Mungkin karena mereka takut. Kalau moral pejabat diaudit, bisa-bisa negara ini kehabisan pejabat. Dan begitulah, negeri itu tetap berjalan. Maju tak gentar membasmi kemerosotan moral rakyat, sambil dengan hati-hati menghindari kaca yang memantulkan bayangan sendiri.