Kalau Rakyat Bisa Sejahterakan Diri Sendiri, Apa Fungsinya Negara?

Oleh: Redaksi |
Ilustrasi Kalau Rakyat Bisa Sejahterakan Diri Sendiri, Apa Fungsinya Negara?
Dulu orang percaya negara itu kayak bapak: galak, tapi tanggung jawab. Sekarang? Lebih mirip tetangga yang doyan ngintip tapi nggak pernah bantu. Katanya sih negara itu fungsinya bikin rakyat sehat, kaya, dan cerdas. Tapi entah kenapa, tiap kali kita sakit, yang nongol malah iklan vitamin. Tiap kali kita miskin, yang bantu malah pinjol. Dan tiap kali kita bodoh, ya… itu salah kita sendiri, katanya. 

Secara teori, itu disebut governability, kapasitas negara buat ngurus warganya. Tapi makin ke sini, governability itu kayak sinyal di pedalaman: ada, tapi hilang-hilangan. Coba pikir, dari fungsi paling dasar, bikin rakyat bisa hidup layak, sekarang malah diambil alih perusahaan. Kita nggak bisa sekolah? Ada edutech. Kita nggak bisa berobat? Ada startup kesehatan. Kita nggak bisa kerja? Ada aplikasi freelance. Kita nggak bisa makan? Ya… disuruh jadi content creator.

Lalu pertanyaannya muncul: kalau semua urusan dasar bisa disubkontrakkan ke perusahaan, trus ngapain kita masih punya negara?

Ironisnya, perusahaan hari ini jauh lebih cepat dan agresif dalam urusan “membebaskan” manusia dari keterbatasan. Bahkan dalam hal “wacana pembebasan”, aktivis pun kalah cepat. Zaman dulu, aktivis butuh waktu berhari-hari buat nulis pamflet. Sekarang? Perusahaan tinggal lempar campaign “live your best life” sambil jualan krim pemutih dan startup meditasi.

Lalu negara ngapain? Ya… paling bikin regulasi. Tapi seringnya regulasi itu kayak peraturan jam malam di kos-kosan: ada, tapi yang diawasi cuma yang nggak punya kuasa. Sisanya bisa nginep, asal kenal satpam.

Ketika rakyat mulai capek nunggu negara berfungsi, akhirnya muncul komunitas-komunitas mandiri: mereka bikin aturan sendiri, sistem pangan sendiri, pendidikan sendiri. Pokoknya semua serba DIY. Negara? Cuma hadir pas minta data buat sensus atau datang waktu pilkada.

Jadi, sekali lagi: apa pentingnya negara?

Jangan salah. Negara itu tetap penting. Tapi pentingnya sekarang kayak jas almamater: dipakai waktu wisuda dan upacara, disimpan di lemari selebihnya. Bangga sih punya, tapi nggak tau buat apa.

Negara seharusnya bukan cuma simbol. Tapi kalau fungsinya terus disubkontrakkan ke korporat dan urusannya cuma jaga gawang waktu pemilu, ya jangan heran kalau rakyat juga makin jago hidup tanpa negara.

Maka pertanyaannya tinggal satu: negara ini mau tetap relevan, atau cuma mau eksis di bendera dan lagu kebangsaan?
Baca artikel lainnya di BERANDA NGAURIS