Jumat, Hari Rayaku Si Mahasiswa Saleh Mingguan

Oleh: Revin Safi’i |

Pict From : https://pin.it/15cmziBxK

Aku ini muslim, jelas. KTP sudah Islami, nama juga Islami bahkan dalam bio medsosku ada ayat yang berarti “Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu” Tapi soal salat lima waktu? Hmm… kita simpan obrolan itu untuk sidang akhirat nanti. Yang penting, tiap Jumat aku nggak pernah absen ke masjid. Aku bisa dibilang  mahasiswa saleh edisi mingguan.

Setiap Jumat, aku tiba-tiba insaf. Bukan karena mimpi ketemu malaikat atau baru selesai baca tafsir, tapi karena takut, takut kamar sebelah bilang aku murtad, takut bapak kos mencatat namaku sebagai "penghuni kafir," atau takut ketahuan dosen pembimbing yang kadang satu masjid denganku.

Rekaman lantunan ayat suci mulai terdengar dari toa masjid selatan kosku. Aku pun bersiap, mandi lebih awal, pakai baju koko yang seminggu belum dicuci tapi masih wangi karena semprot parfum lima kali, dan jalan ke masjid dengan langkah khidmat. Dalam hati, semoga Allah melihat aku yang sedang “tobat temporer” ini.


Dan di masjid, seperti biasa, pemandangan luar biasa, mahasiswa paling tukang skip kuliah, pengurus organisasi yang kalau rapat sampai lupa sholat, bahkan yang dalam seminggu hidupnya di layar HP, tiba-tiba jadi alim. Duduk bersila, mata merem-merem khusyuk entah tidur entah tafakur. Tapi tenang, yang penting posisi di masjid aman. Pahala pun (semoga) masuk.

Khutbah dimulai. Suara khatib menggema. Tapi otakku malah memutar pertanyaan: “Bagaimana aku mengawali bab lima?” Lalu “Dimana harus mencari referensi lagi.?” Sampai akhirnya  iqamah jadi alarm bahwa aku harus kembali fokus, walau hanya dua rakaat.

Usai salat, semua bubar. Aku pun kembali menjadi mahasiswa seperti biasa, sibuk kuliah, sibuk scroll TikTok, sibuk mikirin skripsi yang tak kunjung selesai, dan tentu saja, sibuk lupa Tuhan. Tapi ya sudahlah, Jumat depan kan bisa tobat lagi. Tuhan pasti paham, aku ini mahasiswa sibuk, stres, dan (katanya) masih dalam proses hijrah.

Tapi kadang aku bertanya: sampai kapan aku cuma ‘ingat’ Tuhan seminggu sekali? Apakah Tuhan juga akan mengingatku seminggu sekali atau jangan-jangan, cuma pas aku benar-benar kepepet?

Aku tertawa kecil saat menulis ini pahit, tentu saja. Tapi di balik semua kemunafikan dan kelalaian ini, aku masih punya harap, bahwa rahmat dan ampunan Tuhan lebih besar dari dosaku, dan lebih dekat dari jarak antara aku dan mushola kosku. Bahwa mungkin, dari salat Jumat yang serampangan ini, Tuhan masih melihat ada sedikit niat untuk kembali pulang, pelan-pelan. Meski seminggu sekali.
Dan semoga, pada satu Jumat yang entah kapan, aku benar-benar datang bukan karena malu pada manusia, bukan karena ingin menambah kadar ganteng ataupun ingin imut tapi karena rindu untuk bersimpuh dan bersujud padaMu.
 

Baca artikel lainnya di BERANDA NGAURIS