![]() |
Saptono |
Gedung lama? Katanya akan dirobohkan total. Alasannya: biar bisa mulai dari nol. Persis seperti orang yang ganti HP baru cuma karena memori penuh, padahal tinggal hapus video TikTok.
Dan rakyat? Tetap jadi penonton, sambil menghindari lubang dan berharap ada “lelang perbaikan jalan” yang lebih cepat daripada lelang perkantoran.
Seperti yang telah di beritakan di beberapa media, melalui penjelasan Kepala Bagian UKPBJ (Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa), menegaskan bahwa proses lelang tengah berlangsung.
Tapi tak semua pihak ikut mengangguk setuju. Saptono, pegiat sosial yang juga mantan aktivis jalanan, melontarkan kritik dengan gaya khasnya yang pedas tapi mengandung gizi logika.
“Kalau pemerintah pengen kelihatan waras, ya mestinya mikir dulu bagaimana ekonomi warga bisa lancar. Jalan itu rusak di mana-mana. Daripada miliaran dibuang buat pembangunan kantor, mending untuk tambal jalan atau bikin akses baru ke wilayah terpencil. Kantor lama masih berdiri kok”, cetus Saptono.
Kritik ini tidak berdiri sendiri. Sejumlah warga juga mengeluhkan kondisi jalan di banyak wilayah Pacitan yang penuh tambalan tambal-sulam bak celana jeans tahun 90-an. Sementara itu, pembangunan kantor pemerintahan tampak lebih prioritas, meski fungsinya tak bersentuhan langsung dengan kebutuhan mendesak warga.
Gedung dua lantai ini, kalau selesai nanti, mungkin akan jadi kebanggaan. Tapi kalau jalannya masih penuh lubang, jangankan ke kantor inspektorat, ke pasar saja bisa jadi uji nyali.
Karena di negeri ini, kadang yang dibangun justru yang tidak terlalu dibutuhkan dulu. Mungkin karena jalan berlubang tidak bisa ikut upacara peresmian dan tidak bisa motong pita.
Di balik pembangunan, kita bertanya: benarkah prioritas sudah dijawab? Atau ini cuma episode terbaru dari serial “Pembangunan untuk Kebutuhan Pejabat”?
Kalau kamu punya foto jalan berlubang favorit, kirim ke redaksi kami. Siapa tahu kita bisa bikin pameran bertajuk: “Museum Lubang Pacitan.” (red)