NGAURIS.COM, PACITAN, - Aksi balap liar di wilayah Pacitan kembali ditekan aparat. Setelah warga banyak mengeluh dan beberapa laporan dari berbagai pihak, aparat turun tangan, razia pun digelar di beberapa titik yang sering dijadikan lintasan favorit, dari depan Museum SBY-ANI sampai Pantai Pancer Door. Jalan raya jadi sirkuit dadakan, lengkap dengan penonton dadakan, dan tentu saja risiko yang tidak main-main.
Tapi tunggu dulu, sebelum semua pembalap jalanan ini dituduh sebagai biang kerok kekacauan, mari tarik napas dan tanya satu hal sederhana: memangnya mereka mau balapan di jalan umum? Atau, jangan-jangan karena memang tidak ada tempat lain?
Inisial AY, Mekanik lokal sekaligus pegiat komunitas motor di Pacitan yang enggan disebut namanya, menyebut bahwa maraknya balap liar lebih banyak dipicu oleh ketiadaan fasilitas. Menurutnya, anak-anak muda ini bukan tidak paham bahaya, tapi mereka memang tidak punya ruang buat menyalurkan hobinya secara aman dan legal.
“Kalau ada sirkuit, ya pasti mereka lebih milih balap di tempat resmi. Nggak perlu was-was disemprit Satpol PP, ora nggawe (nggak bikin) warga was-was” terang AY, Selasa (13/5/2025).
AY menambahkan, potensi anak muda di dunia balap itu besar. Tapi kalau terus ditekan tanpa dikasih ruang, ya wajar kalau mereka akhirnya bikin “event” sendiri di jalan raya. “minat tinggi, adrenalin tinggi, tapi tempatnya? Ya sudah, jalanan jadi sirkuit,” ujarnya, setengah serius setengah miris.
“kalau masalah jajaran Polres dan Satpol PP yang main grebeg, main razia, demi keamanan, ora (nggak) perlu diapresiasi, lebay, itu memang tugas mereka menjamin Kamtibmas” imbuhnya sambil cengar-cengir.
Lebih lanjut, AY menyarankan agar pemerintah tidak hanya fokus pada penindakan, tapi mulai memikirkan solusi jangka panjang. Misalnya, dengan membangun sirkuit mini atau zona latihan balap yang aman dan terkontrol. Kalau perlu, sekalian bikin event resmi antar pelajar atau komunitas, sekali dayung, dua pembalap resmi lahir.
“Balap liar itu cuma gejala. Akar masalahnya? Tidak ada tempat. Kalau itu dibenahi dulu, bukan cuma ketertiban yang meningkat, tapi juga bisa banyak lahir atlet-atlet balap dari Pacitan,” tutupnya.
Lebih lanjut, AY menyarankan agar pemerintah tidak hanya fokus pada penindakan, tapi mulai memikirkan solusi jangka panjang. Misalnya, dengan membangun sirkuit mini atau zona latihan balap yang aman dan terkontrol. Kalau perlu, sekalian bikin event resmi antar pelajar atau komunitas, sekali dayung, dua pembalap resmi lahir.
“Balap liar itu cuma gejala. Akar masalahnya? Tidak ada tempat. Kalau itu dibenahi dulu, bukan cuma ketertiban yang meningkat, tapi juga bisa banyak lahir atlet-atlet balap dari Pacitan,” tutupnya.
FYI: Bagi sebagian anak muda, motor bukan cuma alat transportasi, tapi juga bagian dari gaya hidup dan hobi. Jika tidak diberi ruang, jalan raya akan terus jadi pelampiasan, dan masalah balap liar pun tak akan pernah benar-benar selesai. (red)