Survival Kit Kaum Plin-plan: Dari ‘Aku Setuju’ sampai ‘Tergantung Situasi’

Oleh: Redaksi |
https://www.salam-online.com/2019/11/penjilat-politik-politik-penjilat.html
Dalam hidup ini, ada dua jenis manusia: yang berani ngomong apa adanya, dan yang kalau ngomong harus tengok kanan-kiri dulu, pastikan siapa yang dengar, siapa yang bisa ngadu, dan siapa yang kira-kira bisa ngajak nongkrong setelahnya.

Selamat datang di dunia orang sok netral, makhluk-makhluk diplomatis yang kalau disuruh milih antara benar dan salah, mereka bakal jawab: “Yah… tergantung perspektif sih.”

Banyak orang hari ini menjadikan “netral” sebagai perisai. Padahal isinya takut kehilangan posisi, takut enggak diajak nongkrong, atau takut kehilangan akses WiFi kantor. 
Mereka akan bilang, “Aku enggak mau ikut-ikutan drama lah.” Tapi diam-diam ikut menyebarkan potongan drama di grup WhatsApp. Mereka akan bilang, “Kita harus melihat dari dua sisi.” Padahal dari awal dia sudah pasang CCTV di sisi yang menguntungkan. 
Menjilat itu bukan cuma soal memuji atasan. Ini soal strategi eksistensial: bagaimana tetap eksis tanpa jadi musuh siapa pun. Di kantor, di tongkrongan, di kelas, bahkan di grup alumni, selalu ada orang yang spesialis berkata manis ke semua pihak.

Kita hidup di zaman di mana keberanian dianggap toxic, dan penjilatan disulap jadi keterampilan sosial. Ngomong blak-blakan dibilang nyebelin. Ngomong muter-muter dibilang “bijak”. Lama-lama kita semua jadi aktor sinetron, bisa pura-pura setuju, pura-pura empati, dan pura-pura peduli, asal posisi tetap aman.

Kalau kamu terlalu jujur, siap-siap dibilang “keras kepala” atau “nggak fleksibel”. Tapi kalau kamu tahu caranya menyesuaikan suara dengan siapa yang diajak bicara, kamu bisa naik level jadi manusia multiverse, berbeda di setiap semesta sosial yang kamu masuki, dan kamu tetap disayang semua pihak. Karena kamu jago menjaga image, bukan integritas. 

Mungkin benar, hidup ini bukan tentang benar atau salah. Tapi soal siapa yang paling cepat membaca situasi dan paling lihai menyelipkan pujian di antara konflik. Menjilat bukan lagi pilihan buruk. Menjilat adalah keahlian bertahan. Menjilat adalah seni bertopeng. 

Dan di dunia ini, yang terlalu jujur akan dikorbankan demi yang terlalu pintar menyenangkan. Jadi, apakah kamu akan tetap jujur, atau pelan-pelan belajar menjilat demi kedamaian sosial dan undangan ngopi gratis?

Pilihan di tanganmu. Tapi ingat: Kalau nggak ikut menjilat, jangan kaget kalau tiba-tiba kamu sendirian di pojokan, dijadikan contoh buruk dalam percakapan yang kamu enggak pernah diundang.
Baca artikel lainnya di BERANDA NGAURIS