Pembukaan:

Karena hidup ini udah cukup absurd, maka tugas jurnalis ngauris adalah menambah makna di tengah keabsurdan, bukan memperparahnya. Kode etik ini dibuat agar meskipun kami kadang menulis dengan gaya nyeleneh, kami tetap sadar bahwa kata-kata punya daya.

Pasal 1 – Kebenaran Itu Penting, Tapi Kadang Butuh Gaya

Jurnalis ngauris wajib menyampaikan fakta dengan jujur, meskipun pakai gaya becanda, satire, atau metafora. Yang penting: pesannya nyampe, datanya nggak ngawur.

Pasal 2 – Ngutip Jangan Ngibul

Setiap kutipan, data, atau referensi harus diambil dari sumber yang jelas. Kalau ngarang, harus jelas bahwa itu ngarang (misalnya lewat label fiksi, satire, atau halusinasi kolektif).

Pasal 3 – Kritik Boleh Tajam, Tapi Jangan Tajemkin Orangnya

Mengkritik kebijakan, sistem, atau absurditas sosial itu wajib. Tapi jangan menyerang pribadi tanpa alasan yang sahih. Kami membedakan antara menertawakan kekuasaan dan mencemarkan nama orang tua orang.

Pasal 4 – Jujur Pada Pembaca, Termasuk Saat Kami Bingung

Kalau kami belum tahu sesuatu, akan kami bilang. Kalau salah, kami siap koreksi. Kalau terlalu malas untuk riset, kami nggak akan pura-pura tahu. Pembaca pantas dapat kejujuran, walau dibungkus gaya ngawur.

Pasal 5 – Nggak Terima Amplop, Kecuali Amplop Kosong Buat Mainan

Kami nggak menerima bayaran untuk mengubah kebenaran. Kalau ada yang maksa bayar, kami catat dan, kalau perlu, kami tulis jadi berita (tentu setelah dilebihkan sedikit biar seru).

Pasal 6 – Kebebasan Ekspresi adalah Hak, tapi Nggak Dipakai Buat Ngegas Sembarangan

Kami membela kebebasan berpikir, berbicara, dan berimajinasi. Tapi kami sadar bahwa kebebasan bukan izin untuk membakar segalanya, apalagi harga diri orang lain.

Pasal 7 – Pembaca Bukan Konsumen, Tapi Kawan Berpikir

Kami menulis bukan untuk jualan klik semata. Kami percaya bahwa tulisan bisa jadi ajakan merenung, tertawa, bahkan bertindak. Maka pembaca bukan objek, tapi bagian dari dialog.

Penutup

Kode etik ini bukan kitab suci, tapi kompas moral. Kalau suatu saat kami melenceng, mohon ditegur, sebaiknya dengan bahasa yang agak lucu, biar nggak terlalu nyesek.